Boneka di Bawah Hujan
Di sebuah taman yang sepi, di bawah langit yang kelabu, sebuah boneka duduk sendirian di atas bangku kayu. Hujan mulai turun dengan deras, membasahi setiap sudut taman, termasuk boneka yang tak berdaya itu
CERITA CORNER
Foto: https://www.freepik.com/
Di sebuah taman yang sepi, di bawah langit yang kelabu, sebuah boneka duduk sendirian di atas bangku kayu. Hujan mulai turun dengan deras, membasahi setiap sudut taman, termasuk boneka yang tak berdaya itu. Boneka tersebut adalah hadiah dari seorang ibu kepada anaknya yang telah pergi jauh, meninggalkan kenangan manis dan pahit di tempat yang sama.
Setiap tetes hujan yang jatuh di atas boneka itu seolah membawa cerita tersendiri. Boneka itu pernah menjadi saksi tawa dan tangis, harapan dan kekecewaan. Kini, di bawah hujan yang tak kunjung reda, boneka itu tampak lebih hidup dari sebelumnya, seolah merasakan kesedihan yang mendalam.
Seorang pria tua, yang sering berjalan-jalan di taman itu, melihat boneka tersebut dari kejauhan. Hatinya tergerak oleh pemandangan yang menyedihkan itu. Dia mendekati bangku dan mengambil boneka yang basah kuyup. Pria tua itu mengenali boneka tersebut; itu adalah boneka yang pernah dia berikan kepada cucunya sebelum mereka pindah ke kota lain.
Dengan hati-hati, pria tua itu membawa boneka tersebut ke rumahnya. Dia mengeringkannya dan meletakkannya di atas meja dekat jendela. Setiap kali hujan turun, pria tua itu akan duduk di dekat jendela, memandangi boneka itu dan mengenang masa-masa indah bersama cucunya. Boneka itu menjadi simbol harapan dan kenangan yang tak pernah pudar, meskipun waktu terus berjalan.
Hari demi hari berlalu, dan boneka itu tetap berada di tempatnya, di atas meja dekat jendela. Pria tua itu selalu memastikan boneka tersebut dalam keadaan baik, seolah merawat kenangan yang tersimpan di dalamnya. Suatu hari, ketika hujan turun dengan deras, pria tua itu mendengar ketukan di pintu.
Ketika dia membuka pintu, dia terkejut melihat seorang wanita muda berdiri di sana, basah kuyup oleh hujan. Wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai cucu dari pria tua tersebut. Dia kembali ke kota untuk mengunjungi kakeknya setelah bertahun-tahun lamanya. Melihat boneka di atas meja, wanita muda itu tersenyum dan air mata mengalir di pipinya.
"Kakek, aku ingat boneka ini. Ini adalah hadiah terakhir yang kau berikan padaku sebelum aku pergi," katanya dengan suara bergetar.
Pria tua itu memeluk cucunya dengan erat, merasakan kehangatan yang telah lama hilang. Mereka duduk bersama di dekat jendela, memandangi hujan yang turun dengan deras. Boneka itu, yang dulu hanya menjadi saksi bisu, kini menjadi penghubung antara dua generasi yang terpisah oleh waktu dan jarak.
Wanita muda itu menceritakan kisah hidupnya selama bertahun-tahun, tentang perjuangannya, kebahagiaannya, dan kesedihannya. Pria tua itu mendengarkan dengan penuh perhatian, merasa bangga dan bahagia melihat cucunya tumbuh menjadi wanita yang kuat dan mandiri.
Malam itu, mereka berdua tertidur di ruang tamu, dengan boneka itu berada di antara mereka. Hujan terus turun di luar, tetapi di dalam rumah, ada kehangatan dan cinta yang tak tergantikan. Boneka itu, yang pernah duduk sendirian di bangku taman, kini menemukan tempatnya yang sebenarnya di tengah keluarga yang penuh kasih.