GUDANG CERITA

Hujan Rintik dan Payung Kecil

Di sebuah desa kecil yang tenang, hujan rintik-rintik mulai turun, membasahi tanah dan dedaunan.

CERITA CORNER

10/16/20242 min baca

Foto: https://www.freepik.com/

Di sebuah desa kecil yang tenang, hujan rintik-rintik mulai turun, membasahi tanah dan dedaunan. Di sudut taman desa, ada sebuah bangku kayu tua yang sudah mulai lapuk dimakan usia. Di atas bangku itu, duduk seorang anak kecil dengan wajah murung. Namanya adalah Raka, seorang bocah berusia delapan tahun yang selalu membawa payung kecil berwarna biru.

Raka menunduk, memandangi genangan air di bawah kakinya. Payung kecilnya terbuka, melindunginya dari tetesan hujan yang semakin deras. Di balik payung itu, Raka menyembunyikan air mata yang mengalir di pipinya. Hujan seolah-olah ikut merasakan kesedihannya, menemaninya dalam keheningan.

Hari itu adalah hari yang berat bagi Raka. Ayahnya, satu-satunya orang yang selalu ada untuknya, baru saja pergi untuk bekerja di kota yang jauh. Raka merasa kesepian dan takut. Ia merindukan pelukan hangat ayahnya dan cerita-cerita sebelum tidur yang selalu membuatnya tertidur dengan senyuman.

Di tengah kesedihannya, Raka mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia mengangkat kepalanya dan melihat seorang wanita tua dengan senyum lembut. Wanita itu adalah Nenek Sari, tetangga yang selalu baik hati. Nenek Sari duduk di samping Raka, tanpa berkata apa-apa. Ia hanya membuka payungnya yang besar dan memayungi mereka berdua.

"Raka, kadang-kadang hujan memang membuat kita merasa sedih," kata Nenek Sari dengan suara lembut. "Tapi ingatlah, setelah hujan selalu ada pelangi. Ayahmu pasti akan kembali, dan kamu akan melihat pelangi itu bersama-sama."

Raka menatap Nenek Sari dan tersenyum kecil. Kata-kata nenek itu memberinya harapan. Ia tahu bahwa meskipun hujan turun dan membuatnya merasa sedih, ada orang-orang di sekitarnya yang peduli dan selalu siap untuk menghiburnya.

Hujan terus turun, tapi hati Raka mulai merasa hangat. Ia memegang erat payung kecilnya, merasa lebih kuat dan berani. Di bawah payung itu, Raka menemukan kekuatan untuk menunggu ayahnya kembali, dengan harapan bahwa suatu hari nanti, mereka akan melihat pelangi bersama.

Hari demi hari berlalu, dan Raka mulai terbiasa dengan rutinitas barunya. Setiap sore, setelah pulang sekolah, ia selalu duduk di bangku kayu itu, menunggu ayahnya kembali. Hujan rintik-rintik sering kali menjadi teman setianya, dan payung kecil biru itu selalu ada di tangannya.

Suatu sore, ketika hujan turun lebih deras dari biasanya, Raka melihat seorang anak perempuan seumurannya berlari-lari di tengah hujan tanpa payung. Anak perempuan itu tampak kebingungan dan basah kuyup. Raka segera berdiri dan berlari menghampirinya, membuka payungnya untuk melindungi mereka berdua.

"Hei, kamu tidak apa-apa?" tanya Raka dengan suara penuh perhatian.

Anak perempuan itu mengangguk pelan, matanya berkaca-kaca. "Aku tersesat. Aku tidak tahu jalan pulang," katanya dengan suara gemetar.

Raka tersenyum lembut. "Jangan khawatir, aku akan membantumu. Ayo, kita cari tempat berteduh dulu."

Mereka berdua berjalan menuju bangku kayu di taman, berlindung di bawah payung kecil Raka. Di sana, mereka duduk berdampingan, menunggu hujan reda. Raka mencoba menghibur anak perempuan itu dengan cerita-cerita lucu tentang sekolah dan teman-temannya. Perlahan, senyum mulai muncul di wajah anak perempuan itu.

Setelah beberapa saat, hujan mulai mereda. Raka mengajak anak perempuan itu untuk berjalan pulang. Dengan bantuan beberapa tetangga yang baik hati, mereka akhirnya menemukan rumah anak perempuan itu. Ibunya yang cemas segera memeluknya erat-erat, berterima kasih kepada Raka atas bantuannya.

Ketika Raka berjalan pulang, ia merasa hatinya lebih ringan. Ia menyadari bahwa meskipun ia merasa kesepian, ia masih bisa membuat perbedaan dalam hidup orang lain. Payung kecil birunya bukan hanya melindunginya dari hujan, tetapi juga menjadi simbol harapan dan kebaikan.

Malam itu, ketika Raka berbaring di tempat tidurnya, ia memikirkan ayahnya. Ia tahu bahwa ayahnya pasti bangga padanya. Dengan senyum di wajahnya, Raka tertidur, bermimpi tentang hari-hari cerah yang akan datang, di mana ia dan ayahnya akan melihat pelangi bersama-sama.